Kenapa Bandung?

“Lebih baik kau pesan bandrek” “Lalu kamu?” “Kopi hitam tentu.” “Sekarang kita selalu memesan minuman hangat, ya. Kita memang sudah tua.” “Sejak dulu aku memang sudah memesan minuman hangat.” “Oh iya. Aku dulu lebih suka minuman dingin. Skrg di cuaca panas ini aku malah minum bandrek” “Minuman itu bagus untukmu. Agar flumu reda.” “Iya, minuman […]

Tentang masa-masa

:untuk Al Entah sudah berapa kali kuseret kamu pada cerita-ceritaku yang selalu berakhir ketika hari telah berganti. Dan kamu selalu bersedia mendengar ocehanku yang selalu berkutat tentang kekecewaan. Kubawa kau masuk lebih dalam ke dalam duniaku dan segala pendarnya yang jauh berbeda dengan ingarbingar duniamu. Kamu selalu terpukau oleh pendar kerlip duniaku, sementara ingarbingar duniamu […]

Surat Pertama untuk Al

Halo, Al. Kutulis surat ini pada malam yang masih muda. Sebenarnya aku lebih suka memanggilmu Yo. Tapi kamu lebih suka dipanggil Al. Baiklah, kali ini aku mengalah kepadamu. Anggap ini hadiah kecil dariku.   Al, di kota ini orang-orang seperti bergiat lebih lama, kota hidup sampai larut malam. Tapi siapa yang tahu mungkin di sebuah rumah […]

Tentang temanku yang pemalu

Ketika aku menatap tanah sambil merindukannya, ternyata ia kembali menghampiriku. Kulihat luka di hatinya, tapi ia tetap berusaha tersenyum sambil menatapku. Lalu kami berjalan berdua sambil terus bercerita –sesuatu yang sudah lama tidak kami lakukan. Tanpa perlu berkata, kami tahu bahwa kami sama-sama bersyukur masih memiliki satu sama lain. Aku berterima kasih karena ia masih […]

Kepergian

: Untuk temanku yang pemalu Gadis itu menatap tanah yang dipijaknya,memikirkan sahabatnya yang pemalu“Apakah ia juga pergi dan menghilang?” Satu per satu orang yang ia sayang pergi.sebagian mengucapkan kata perpisahan,sebagian lagi menghilang tanpa sepatah kata terucap-bagai asap yang tertiup angin “Terbangnya terlampau tinggi dan jauh,aku tak mampu lagi menengadah dan menatapnya.”ucap gadis itu lirih kepada […]

Biasa?

Kadang sesuatu yang tidak biasa hadir di hidup kita, tanpa kita sangka, di situasi yang sangat biasa. Seperti capung yang mengambang di depan kedua matamu ketika kau asik menatap layar telepon genggammu di ruang tamu. Seperti melihat saldo rekening yang bertambah ketika mengambil uang di atm. Ternyata karena ada temanmu yang membayar utang, padahal kamu […]

Jogja Kita Kala Itu

Jogja kita kala itu tidak hujan. Sekarang ketika kuingat lagi, alangkah lebih baik kalau hujan. Kita di tengah kota berdua di antara keramaian. Alangkah syahdu kalau hujan turun. Hujan yang tidak deras, tapi tidak juga rimis. Hujan yang biasa-biasa saja. Aku membayangkan kita akan mencari warung makan yg masih buka, berteduh, mungkin sambil memesan teh […]

Memandang cinta

Kemarin aku tahu, cinta dapat kita lihat dengan mata telanjang. Kemarin Bude menghidangkan bolu hangat kesukaanku di atas meja makan. Sebab ia tahu, menurutku Bolu paling enak di dunia adalah bolu buatannya. Sebab ia tahu, ponakannya yang jarang bertandang ini tiba-tiba mengabari akan datang siang itu. Sebab ia tahu, ponakannya akan berbahagia memakan bolu hangat […]

Lagu dan Kenangan

Selamat pagi! Tadinya aku ingin menulis surat ini semalam, sebab malam lebih lekat padamu dibanding pagi. Kamu mana pernah bangun pagi? Selalu kesiangan. Tapi masalahnya semalam aku sudah sangat mengantuk. Kamu kan tahu, aku selalu tidur cepat dan bangun pagi-pagi sekali. Kalau diibaratkan, kamu tahi, aku bunga: sangat berbeda. Hahahahahahahaha Semalam aku teringat padamu karena […]